08 Desember 2008

Bersalah


Akulah airmata itu tempat menangis segala mata angin dan mengaduh untuk sekedar berpegangan dan merajuk untuk masuk kedalam suatu tabik bersatu mendapat tempat yang padat ditengah rapatnya derat derat pintu karat kami menemukan apa yang kami cari bukannya dunia kerdil didalam pikiran orang orang yang tak bisa membedakan nikmatnya sex dengan kenyangnya makan enak.


Kami lapar untuk beberapa jam mungkin beberapa hari tapi jiwa ini bertunas karena kami punya ruas ruas jari kami Sendiri yang kami aliri hal yang paling hakiki dan menjilatinya hingga rasa lapar menjadi sebuah fobia.

Kami puas tertidur setelahnya dan perasaaan akan kenikmatan bersenggama akan membangunkan kami dalam keadaan yang 20 kali lebih nyaman dari pada tidur di dalam kamar suite dengan fasilitas mapan dan BerAc Kencang.


Keringat kami membanjiri setiap bilur bilur kulit ini membasahi setiap pori dan membuat kulit menjadi kilauan kilauan mutiara akibat garam yang yang keras melepaskan diri tetapi tidur karena sebab dan perkara yang jatuh melebihi symbol symbol duniawi tetapi kami hanyalah sebuah mata rantai dari stimulus stimulus yang diberikan tuhan untuk setiaap kaumnya entah itu kami atau gembel diujung gang….kami semua lapar.


Tapi kami ingat pertama kali bibir ini bertaut di gelapnya bioskop busuk megaria dan kami semua tercengang takjub tak percaya hingga kiranya kata kata kami waktu itu tak ada artinnya . Hanya kami saja yang berarti disana hanya kami saja yang hangat menghirup napas kami bersama. Terus Saja Tangan ini merayapi tungkai Paha himgga desah nafasmu dii telinga meminta untuk ku tusukan dengan segera.


Kami berarti bukan lagi sebagai seorang seorang yang tak tau tentang kita waktu telanjang. Kami berbusana dan melepaskannya perlahan hingga seluk tubuh ini tak lagi berbenang. Dan kami Pulas tertidur setelahnya.

Tidak ada komentar: